Sunday, January 9, 2011

Chapter 04 - Persahabatan Bagai Kedondong

Seragam. Begitulah budaya pendidikan yang sampai saat ini terjaga keluruhannya. Pakaian diyakini memiliki kontribusi yang tinggi jika berbicara mengenai keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Tak ada diskriminasi, tak ada rasisme, yang ada hanyalah Satu Bangsa, Satu Bahasa, Satu Tanah Air. Itulah INDONESIA (fiuh....penulis rada patriotik akhir2 ne).


Seperti biasa, Pukul 10.00 adalah waktu dimana calon-calon penerus generasi bangsa di TK Bual Sentosa meniti pencarian jati diri dan impian masa depan. Ratusan murid-murid berkumpul satu sama lain bersiap-siap disuruh masuk ke kerangkeng. Warna putih-kuning menghiasi pemandangan sekolah yang memberikan sentuhan warna-warna mentereng beriringan dengan hijaunya dedaunan, birunya langit luas, dan hitam manisnya bapak-bapak yang lagi nyapu di depan sekolah.
Adalah si Colek (Cowok Pesolek), putra yang dilahirkan dengan wajah nan rupawan dan dari keluarga hartawan terlihat gagah memimpin teman-teman kelas Telor Kuning (TeKun), kelasnya si Bingo. Selain itu, ada Tongki, seorang anak pedagang yang bercita-cita jadi saudagar besar walaupun badannya terbilang kecil dengan rambut kriwil2 kaya mie goreng. Kemudian, ada Cabbi, seorang gadis periang cantik bermuka cabi yang walaupun kecil sudah keibuan (lebih tepatnya dewasa sebelum waktunya, kaya emak2 gitu deh). Kemudian ada Simuna, gadis yang suka berkerudung merah dan bercita-cita jadi da'iah sejuta umat.

Mereka berlima telah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan oleh ruang dan waktu karena memiliki visi dan misi yang sama, yakni menjadi anak bangsa yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. (Berjejer sambil teriakkan Pembela Nenek Tua Pembasmi Serangga, jreng, jreng, kameha-meha)

Bu Sumi, seperti biasa berpenampilan nyentrik dengan baju batik cokelat dengan parfum ala Persia yang mampu merontokkan setiap helai bulu hidung yang mencoba berani menantang ketajaman aromanya.

Bu Sumi    : "Anak-Anak, gimana kabarnya?"
TeKun      : "Baik Buuuuuuuuuuuuu"
Bu Sumi    : "Sekarang saatnya pelajaran menggambar. Kalian boleh menggambar apa saja yang kalian suka. Misalnya gunung meletus, banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan sebagainya. Nah, sekarang siapkan semua alat-alat menggambar kalian!"

Kelas pun riuh saat semua anak mengambil alat menggambar.
Colek, patut berbangga diri, karena pensil warna miliknya paling mewah di antara anak lainnya. Terdiri dari 30 warna dengan tingkat ketajamannya 2 Mega Pixel (gw tau kalian bingung, sama gw juga). Sementara, yang paling memilukan adalah milik Tongki. Kenapa tidak, karena yang dibawa adalah perkakas material yang terbawa dari toko milik bapaknya. Tongki pun menyadari kalo dia salah ngambil karena terburu-buru berangkat.

Cabbi    : "Makanya Tong, segala sesuatunya perlu dipersiapkan secara matang. Dan jangan suka telat. Seperti aku neh, subuh2 udah bangun bantuin orang               tua dan aku mempersiapkan semuanya sendiri. Kita udah        gede loh Tong.
Tongki dan Bingo : "Pretttttt..............."
Colek    : "Hmm......ada2 aja kerjaan kalian. Gak prestige tau gak"
Tongki    : "Ngomong lw Col, bikin gw panas ati, ne kalo ditaroh telor udah setengah matang taw ga"
Simuna    : "Udah-udah, kita sebagai anak harusnya menjaga sikap. Tong, mending ente pake aja punya ana, ana redho kok."

Beruntung masih ada Simuna yang berhati baik yang bersedia meminjamkan pensil warna miliknya. Kelas menggambar pun dimulai sesaat setelah Bu Sumi membagikan kertas gambar kepada masing-masing anak.

Bu Sumi : "Sekarang mulai menggambar. Ntar gambar terbaik akan mendapat baik satu lembar photo terbaru Bu Sumi edisi Malam Jumat. Pasti kalian senang"

Kelas TeKun pun menjadi suram dan tanpa suara

Bu Sumi : "Becanda kok, ntar dapat satu buku cerita bergambar Tokek&Curut Vol.5. Edisi terbaru loh..."
TeKun    : "Aseeeekk...................."

Kelas Telor Kuning pun antusias menggambar dengan mengelurkan semua kemampuan yang dimiliki.

Sampailah pada pengumuman pemenang. Bu Sumi pun memegang kertas gambar yang menurutnya terbaik dilihat dari ketelitian sudut gambar, tone setiap warnanya, konsistensi dan perpaduan setiap warna yang ada.

Bu Sumi : "Gambar terbaik adalah milik.................Simunah *&%^*@#!&"

Tepukan tangan bergema di gelas TeKun menyambut sang pemenang Simunah.

Bu Sumi    : "Gambarnya bagus. Pitch Controlnya juga terjaga dengan rapi. Ibu maw tanya gambar ini menceritakan apa Mun?"
Simunah    : "Tentang beberapa anak yang lagi makan kedondong buk. Saya kasi judul Persahabatan Bagai Kedondong. Persahabatan yang selalu tumbuh tiada akhir        seperti pohon kedondong. Memberikan kenikmatan kepada setiap orang tanpa ragu dan tanpa terkecuali"
Bu Sumi    : "Ibu jadi terharu. Nanti ibu traktir makan kedondong deh. Kebetulan udah lama ibu ga makan kedondong."
TeKun    : "Bu Sumi emang top..........Tiada Dua"

Begitulah hingar-bingar kehidupan anak-anak kelas Telor Kuning yang sarat dengan tawa dan canda. Tak Peduli siapapun orangnya, makanannya ya Kedondong.

2 comments:

Fajrie said...

kedondong kan mulus di luar, berduri di dalam
gw pikir lu mau ngepos tentang kekecewaan terhadap sahabat, wkwkwk

btw, nice post, like this one :)

Teuku Ben Johar Rajo Batuah said...

nah makanya, gw sendiri kaga ngerti maksud gw paan....
di sana burung di sini burung, ditengah-tengah ada biawak, pembaca bingung penulisnya lebih bingung, yang penting bisa ngelawak.....

Post a Comment