Saturday, November 20, 2010

Segelas Kopi - HP7 in PoEm



Harry Potter And The Deathly Hollows

Tak pernah ku sangka kan ada yang berbeda di saat ku terjaga,

melihatmu hanya tinggal bayangan di sepotong bingkai,
melihatku tanpa kata, tanpa makna,
setelah aku kau erat dalam misteri yang tak kunjung kau ungkap.

Ya, tak ada pertanyaan yang ingin ku ajukan,
karena aku tak tahu kemana seharusnya aku bertanya,
dalam ragu ku berjalan, dalam ragu ku perjuangkan,
hanya itulah yang aku yakini, hingga jawabannya datang kepadaku.

Ku palingkan wajahku dan kulihat wajah mereka,
memegang tanganku, mengajak berdiri dengan teguh,
kau lihat siapa mereka? merekalah kekuatanku,
bersama menatap tajam tiada batas hadapi kegelapan.

Dalam simfoni sunyi dunia yang penuh kebencian,
dusta dan amarah merebak membunuh harapan dan kebenaran,
dan aku tahu tak ada jalan yang bisa ku tempuh,
melainkan jalan takdir yang terlanjur melekat.

Tapi entah kenapa begitu berat langkahku,
berjalan tanpa arah dalam ketidakpastian tujuan,
lelah menunggu, entah sampai kapan akan terus menunggu,
hingga aku merasa terjebak dalam relikui kematian.

Ku bangunkan mata lelah ini dan ku lihat cahaya itu,
berpijar dalam kegelapan yang sudah lama menyengat,
oh, aku tahu, tak ada satupun kegelapan yang mampu menolak cahaya,
cahaya yang menuntun pada harapan dan kebenaran,
cahaya yang menjawab segala pertanyaan dan ketidakpastian,
Ya, aku hanya perlu melangkah dan mencoba.

By : Abent Joe

Thursday, November 18, 2010

Chapter 03 - Ternyata Oh Ternyata

Pagi itu, matahari bersinar dengan terik membahana, burung-burung berkicau, kucing mengeong, diiringi alunan piring pecah menggebu-gebu karena suami selingkuh menghiasi kehidupan keluarga Bingo di awal hari mereka. Tampak Pat yang saat itu kelas 3 SD sedang asyik ngumpulin duit recehan dari celengan yang terbuat dari kayu ek pepohonan Kaukasia dengan bentuk kepala bebek, bertubuh megantropus, berkaki lalat tse-tse (ga usah dibayangin).
Pat     : Heehaw, akhirnya setelah pengorbanan yang sekian lama akhirnya berbuah manis.
dengan kegirangan  memasukkan recehan hasil tabungannya ke dalam toples bekas lebaran sambil bersiul-siul lagu Cinta Satu Malam.
Datanglah Bingo menghampiri kakaknya yang lagi girang tak karuan dengan wajah binal berharap sesuatu.
Bingo : Oik....eh eh, lagi ngapain neh? ngumpulin duit hasil ngamen di terminal ya?
Pat     : Wah,,pengen tau aja neh.
Bingo : Bagi donk dikit....
Pat     : sori-sori aje ne, hidup makin susah dan makin banyak kebutuhan yang ingin dipenuhi
Bingo : weks, macam mak-mak aja kakak ini,
Pat    : STUPID TOO MUCH!
Bingo : Hah?
Pat    : BODO AMAT

Si Pat pun masuk ke dalam kamarnya beserta kepingan celengan yang terkesan ingin menyembunyikan sesuatu dari pihak yang dianggap memiliki potensi untuk mengutil kekayaan yang dia miliki.

Emak : Paat, ayo sarapan, ne udah dibuatin lauk kesukaanmu.

Hidangan kali ini terasa sangat berbeda. sangat spesial. Tanya kenapa?. Ternyata eh ternyata si bapak dapet bonus dari kantornya.
Oh ya, belum diceritain ne hal-ihkwal bapak Bingo. Beliau adalah seorang pria telah menikah, umur 37 tahun, No.KTP 001879xxxxxx, kadaluarsa 5 tahun.
Beliau bekerja sebagai seorang polisi gagah perkasa pembela nusa bangsa yang menyerahkan segenap jiwa raganya tanpa derai air mata dan tanpa tanda jasa, tapi gaji plus tunjangan tetep lah diatas UMR.
Saat itu, akan ada pergantian Kepala Polisi Tingkat Kabupaten ato biasa disebut Kepala Polisi Tingkat Kabupaten (bedanya opo toh rek...). Sebut saja KPTK, atau biar lebih kemasa-kinian disebut "Kepentok"
Nah, Kepentok lama sudah menghabiskan masa baktinya selama lima tahun.
Sebagai bentuk penghargaan, maka di saat sebelum serah terima jabatan dipeluknya lah setiap personil kepolisian, kecuali yang wanita. Bisa-bisa Kepentok lama juga bakal serah terima kain kafan.
Di gelarlah acara perpisahan. Diikuti oleh band lokal yang mimpinya menjadi band ternama ibukota belum kesampean, berharap ada produser yang menyaksikan performa mereka. Selain itu, ada acara Makan Akbar. Inilah sebenarnya inti acara yang ditunggu para personil, terutama buat para suami yang uang bulanannya dipotong oleh istrinya. Ngirit boook.
Hingga sampai lah, pada acara yang mengundang tangis sedih dimana Kepentok lama berpidato untuk yang terakhirnya.
Kepentok Lama     : Saudaraku sebangsa setanah air
Para Personi          : hiks..hiks, ehuuuu.....T.T,
Kepentok Lama    : tibalah saatnya bagi saya untuk blabla kadabra dubidubidu damdam.
Para Personil         : hiks..hiks, ehuuuu.....T.T
Kepentok Lama    : Untuk itu, saya akan memberikan bonus bagi setiap personil tetap.
Para Personil         : Heehaw....horeee....Mantabs    
gan....*ekspresi sontak berubah
Kepentok Lama     : hiks..hiks..ehuuuu....huuuuuu.... huaaaaaa.....T.T T.T
Asisten Kepentok:   yang sabar ya bosss......

Begitulah alkisah Bapak Bingo mendapat bonus. Nah si Bapak berikrar sebelumnya kepada anaknya Pat tuk biaya jalan-jalan sekolahnya. Yah, benang merahnya Pat memecahkan celengan karena niatnya mw pake duit sendiri tuk acara sekolah, diantaranya, uang transport + penginapan + cemilan. Namun, uangnya tidak cukup. Merasa kasihan dengan anaknya sendiri, si bapak turut menghibahkan uang bonus kepada anaknya. Senanglah si Pat, tersenyum lah si emak, puaslah si bapak, mencret lah si Bingo *overdosis makan cabe.

- To be continued -

Tuesday, November 16, 2010

Segelas Kopi - Hari Raya Idul Adha 1431H


Assalamu'alaikum Wr.Wb para blogger........
Pada kali ini, Sang Pembual menorehkan Segelas Kopi dalam momen istmewa yang akan dirayakan oleh umat muslim. Hari dimana jutaan umat melaksanakan rukun islam haji berjuang mendapat ridhaNya ditanah suci. Sementara umat islam lainnya melaksanakan ibadah qurban.
Sang Pembual ingin membagikan kisah yang diperoleh dari salah seorang teman yang sangat menyentuh dan indah. Untuk itu, Sang Pembual berterima kasih kepada teman tesebut atas cerita yang dia bagikan. Sekali lagi terima kasih. Berikut ceritanya:

Menitikkan Air Mata Membaca Kisah Qurban Bu Sumi

Kisah ini terjadi ± tahun 1995, sudah cukup lama memang,
namun setiap ingin memasuki I’dul Adha saya selalu
teringat dengan kejadian yang pernah saya alami ini, dan sampai saat ini saya tidak pernah melupakannya.

Awalnya saat saya sedang menjajakan dagangan bersama teman (kami berempat waktu
itu), kami mengeluh karena sudah 3 hari kami berdagang baru 6 ekor yang
terjual, tidak seperti tahun sebelumnya, biasanya sudah puluhan ekor laku
terjual dan hari raya sudah didepan mata (tinggal 2 hari lagi). Kami cukup
gelisah waktu itu. Ketika sedang berbincang salah seorang teman mengajak saya
untuk sholat ashar dan saya pun bersama teman saya berangkat menuju masjid yang
kebetulan dekat dengan tempat kami berjualan. Setelah selesai sholat, seperti
biasa saya melakukan zikir dan doa. Untuk saat ini doa saya fokuskan untuk
dagangan saya agar Allah memberikan kemudahan semoga kiranya dagangan saya
laku/ habis terjual.

Setelah selesai saya dan teman kembali bergegas untuk kembali ke tempat kami
jualan, dari kejauhan kami melihat ditempat kami berjualan banyak sekali orang
disana dan terlihat teman kami yang berada disana kesibukan demi melayani calon
pembeli. Akhirnya saya dan teman saya berlari untuk cepat membantu melayani
teman kami. Alhamdulillah pada saat itu sudah ada yang membeli beberapa ekor
kambing. “Terima kasih Ya Robb, Engkau telah mendengar dan menjawab doa kami”,
Syukur saya dalam hati.

Namun setelah semuanya terlayani dan keadaan kembali normal, saya melihat
seorang ibu-ibu sedang memperhatikan dagangan kami, seingat saya ibu ini sudah
lama berada disitu, pada saat kami sedang sibuk ibu ini sudah ada namun hanya
memperhatikan kami bertransaksi. Saya tegur teman saya “Ibu itu mau beli ya ?
dari tadi liatin dagangan terus, emang gak ditawarin ya ?,
sepertinya dari tadi udah ada disitu. Kayaknya Cuma liat-liat aja, mungkin lagi nunggu bus kali.
Jawab teman singkat. Memang sih kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya gak akan beli
( mohon maaf.. ibu itu berpakaian lusuh sambil menenteng payung lipat ditangan kanannya)
kalau dilihat dari penampilannya tidak mungkin ibu itu ingin berqurban.

Namun saya coba hampiri ibu itu dan coba menawarkan. “Silahkan bu dipilih
hewannya, ada niat untuk qurban ya bu ?. Tanpa menjawab pertanyaan saya, ibu
itu langsung menunjuk, “Kalau yang itu berapa bang ?” Ibu itu menunjuk hewan
yang paling murah dari hewan yang lainnya. Kalau yang itu harganya Rp.
600.000,- bu, jawab saya. Harga pasnya berapa bang ?, gak usah tawar lagi ya
bu... Rp. 500.000 deh kalau ibu mau. Fikir saya memang dari harga segitu
keuntungan saya kecil, tapi biarlah khusus untuk ibu ini. “Uang saya Cuma ada
450 ribu, boleh gak”. Waduh... saya bingung, karena itu harga modal kami,
akhirnya saya berembug dengan teman yang lain. “Biarlah mungkin ini jalan
pembuka untuk dagangan kita, lagi pula kalau dilihat dari penampilannya
sepertinya bukan orang mampu, kasihan, hitung-hitung kita membantu niat ibu itu
untuk berqurban”. Sepakat kami berempat. “Tapi bawa sendiri ya.. ?” akhirnya si
ibu tadi bersedia, tapi dia minta diantar oleh saya dan ongkos bajaj-nya dia
yang bayar dirumah. Setelah saya dikasih alamat rumahnya si ibu itu langsung
pulang dengan jalan kaki. Saya pun berangkat.

Ketika sampai di rumah ibu tersebut. Subhanallaah..... Astaghfirullaah.....
Alaahu Akbar, merinding saya, terasa mengigil seluruh badan saya demi melihat
keadaan rumah ibu tersebut.

Ibu itu hanya tinggal bertiga dengan orang tuanya (ibunya) dan satu orang anaknya
di rumah gubuk dengan berlantai tanah dan jendela dari kawat. Saya tidak
melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh.
Diatas dipan sedang tertidur seorang perempuan tua kurus yang sepertinya dalam
kondisi sakit. “Mak ... bangun mak, nih liat Sumi bawa apa” (oh ternyata ibu
ini namanya Sumi), perempuan tua itu terbangun dan berjalan keluar. “Ini ibu
saya bang” ibu itu mengenalkan orang tuanya kepada saya. Mak Sumi udah beliin
kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak. Orang tua itu kaget
namun dari wajahnya terlihat senang dan bahagia, sambil mengelus-elus kambing
orang tua itu berucap, Alaahu Akbar, Alhamdulillaah, akhirnya kesampaian juga
emak qurban.

“Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya telalu murah, saya hanya kuli
cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yang mau saya niatkan buat
qurban ibu saya. Aduh GUSTI....... Ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan
dengan hambaMU yang satu ini. HambaMU yang Miskin Harta tapi dia kaya Iman.
Seperti bergetar bumi ini setelah mendengan niat dari ibu ini. Rasanya saya
sudah tidak sanggup lagi berlama-lama berada disitu. Saya langsung pamit
meninggalkan kebahagiaan penuh keimanan mereka bertiga.

“Bang nih ongkos bajajnya.!, panggil si Ibu, “sudah bu cukup, biar ongkos bajaj
saya yang bayar. Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah
basah, karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan
saya dengan hambaNYA yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin
memuliakan orang tuanya.
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 1431H
LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK
SELAMAT BERQURBAN

Thursday, November 11, 2010

Chapter 02 - IlmuMu Bagai PunggungMu

Senangnya kali ini Sang Pembual kembali mendapatkan kesempatan untuk menorehkan isi dalam benak yang telah tertahan lama. Anda benar....Membual...Perbualan tak dapat dipisahkan dari dinamika dan signifikansi realita kehidupan yang saya miliki, di samping nonton Crayon Shinchan, Nyuci + Njemur Baju x Mukul Kasur - Nyemir Rambut , dan Mijit Pelanggan. Tanpa berleha-leha karena bisa bikin kutu air (ga nyambung), mari kita lanjutkan kisah-kasus Bingo, anak tampan yang sangat menawan karena suka bikin greget para perawan berikut ini.


    "Rambut udah klimis,,,pakaian udah rapi,,,temulawak buat jaga kesehatan udah diminum,, apalagi ya?"

Si Bingo neh ceritanya mau masuk sekolah kanak-kanak, makanya doi pade nge-pose di depan cermin WC buat mastiin bahwa penampilannya overall telah memenuhi SNI. Maklum saja, kalau tidak dipersiapkan bisa mengganggu kemashlahatan umat. Merasa telah mirip artis penyanyi dangdut kondang, Bingo segera mengambil tas kesayangan yang telah dibeli ibunya. Tas ini memiliki nilai perjuangan yang tinggi. Jika Presiden Soekarno memiliki tongkat mistisnya, Sunan Kalijaga memiliki wayang, Mandra memiliki oplet, dan Bapak Muhsin memilki istri tiga (siapa tuh?), maka Bingo memiliki Tas Kamen Rider, berwarna merah hati kehijau-hijauan dengan corak bintik-bintik zebra dari kulit badak bercula yang diambil langsung dari Gunung Everest (Badak paan tuh?). Inilah tas pertama yang senantiasa menemani hidupnya dalam suka maupun duka.


Si Ibu, guru pemberani yang menjadi inspirator bagi Bingo untuk menjadi perampok, eh bukan, jadi orang yang berguna bagi nusa bangsa pun tak lupa memberikan sepatah, dua patah kata kepada Bingo.

    Satu Patah :

    Mak: "Nak, tak terasa kau sudah tumbuh besar, sekarang saatnya kau merasakan hidup yang sebenarnya. Dunia luar sekarang menantimu. Jadilah anak yang kuat dan pintar sebagaimana ibu dulu yang pernah juara karapan sapi dan juara jemur baju tercepat se-kelurahan."

    Bingo: "Iya mak, bingo janji deh buat abah-emak bangga. Bingo akan menjadi anak yang lebih baik dan lebih hebat. Pasti Bingo bisa menjadi juara karapan beruang kutub dan juara ambil jemuran tercepat se-kabupaten."

    Dua Patah :

     Mak : "Bagus Nak, hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya murid berprestasi."

    Bingo : "Believe me Mak, serahkan pada ahlinya"

 Kemudian, Bingo pun mencium tangan emaknya sebelum akhirnya pergi menuju TK yang telah beruntung menerima dirinya.


Waktu itu hari Senin, Pukul 09.55, TK Bual Sentosa dipenuhi oleh siswa-siswa baru ditambah pedagang batagor dan es krim yang memang jeli melihat pasar strategis dalam rangka meningkatkan neraca perdagangannya.

    Tak ada wajah yang ku kenal. Dimana ini? Apakah aku berada di tempat yang salah? Apa yang sedang aku lakukan di sini. Oh tidak, Oh no.



Tiba-tiba tangan si Bingo ditarik oleh seorang ibu setengah baya setengah sura. Oh, ternyata si ibu orang Surabaya yang merantau ke Sumatera Barat karena sudah terbelit utang yang menumpuk sehingga merasa harus kabur dari kejaran tukang kredit. Bu Sumi namanya. Suaminya orang Batak bernama Bapak Ranto, seorang pria berdedikasi tinggi, baju favorit kemeja panjang dengan lengan berlipat yang senantiasa mengantarkan istrinya setiap hari. Bu Sumi adalah orang yang ramah, tampak pada percakapan berikut:

      "Mat pagi, siswa baru ya,,? Ayo baris-baris di depan kelas. Prok-prok, dibantu yak."



Senyum itu, suara itu, perasaan itu, pandangan itu, pedagang batagor itu, semuanya jelas. Begitu banyak misteri yang sekelebat merasuk k benakku setelah selama ini cuma diisi Crayon Shinchan, Nyuci + Njemur Baju x Mukul Kasur - Nyemir Rambut , dan Mijit Pelanggan. Inikah dunia, inikah hidup. Benar, banyak hal yang mesti ku ungkap.



Pada saat pelajaran dimulai, Bingo mencari buku tulis di dalam tasnya yang juga berisi Majalah Femina, Majalah Kuliner Ringan, Daftar belanja bulan lalu (hah?). Membuka halaman pertama di buku tulisnya, Bingo pun terkaget. Ada tulisan "IlmuMu Bagai PunggungMu". Apa maksudnya ini? Siapa gerangan yang menulisnya? Bagaimana ini terjadi? Siapa peran pengganti Shireen Sungkar dalam Cinta Fitri? (kaga nyambung).

-To Be Continued-